Bagi sebagian besar travellers yang cinta akan nature beauty. Apa yang lebih baik daripada tinggal di desa kecil yang berada di atas awan? Udara yang segar, angin yang bertiup semilir dan suara gaduh di pertanian khas penduduk desa yang ceria pasti akan membuat kamu betah tinggal di sini. Di Wae Rebo magical village.
Villager in Wae Rebo |
Wae Rebo merupakan destinasi yang sangat populer di antara bule bule backpacker. Bule? Ya. Wae Rebo ini justru lebih terkenal dipasaran turis asing daripada turis domestik. Kenapa? Mungkin karena medan yang susah dan ongkos yang cukup mahal untuk kalangan turis domestik yang lebih suka ke tempat-wisata-yang-tak-perlu-jalan-9km-terlebih-dahulu. Secara umum, lokasi Wae Rebo memang menjadikan desa ini terisolasi dari dunia luar. But Travellers, bukankah suatu tempat akan menjadi lebih indah jika perjalanannya mencapainya sangat berat? Dalam kasus Wae Rebo ini, lelah tracking sejauh 9 km itu akan terbayar lunas.
Well, lets take a bit closer look to this village..
Wae Rebo merupakan sebuah desa kecil yang berada di ketinggian puncak gunung dan terkenal akan rumah kerucut tradisionalnya yang disebut Mbaru Niang. Mbaru Niang sendiri merupakan rumah tradisional manggarai flores yang berbentuk kerucut dan terbuat dari kayu kayuan serta daun lontar sebagai atapnya. Konstruksinya rumah tradisional ini terdiri dari lima lantai yang masing masing memiliki fungsi tersendiri. Ukuran Mbaru Niang ini sebesar 11 meter untuk diameter lantai dasarnya, dan terus mengerucut hingga lantai ke lima. Meskipun sangat sederhana, satu rumah Mbaru Niang ini bisa ditempat hingga 6-8 keluarga. Can you imagine that ? :o
Mbaru Niang contruction |
Di Wae Rebo, terdapat 7 buah Mbaru Niang dengan salah satu rumahnya berukuran lebih besar daripada yang lain. Rumah yang lebih besar ini terletak ditengah tengah desa dan disebut dengan Mbaru Gendang. Mbaru Gendang inilah yang merupakan rumah utama di Desa Wae Rebo, tempat dimana pemuka/ kepala suku tinggal. Sementara itu, 6 Mbaru Niang lainnya berfungsi sebagai rumah warga Wae Rebo lainnya dengan salah satu rumah diantaranya dikhususkan sebagai guest house bagi para Travelers. Di Mbaru Niang khusus ini lah para Travelers akan tidur beralaskan tikar, seperti layaknya warga Wae Rebo lainnya.
Mbaru Niang interior |
Konon, malam hari merupakan waktu terbaik untuk menikmati keindahan alam Wae Rebo ini. Tidak hanya disuguhkan suasana kekeluargaan dan keceriaan di dalam Mbaru Niang yang hangat. Travellers akan menikmati sejuk dan mempesonanya langit Wae Rebo yang penuh bintang dari galaksi bimasakti, maupun senja pagi yang indah dengan semburat jingga cakrawala. Jadi, meski listrik di Wae Rebo hanya tersedia mulai pukul 7 hingga 10, kegelapan di Wae Rebo ini lebih merupakan sebuah gerbang bagi keindahan magis yang menakjubkan.
Milky Way on Wae Rebo sky |
Twilight in Wae Rebo |
Additional Information, Wae Rebo Village
How to get there ?
Make reservation first, because Wae Rebo can only welcome some visitor in a time
Price ?
Around +1 million /person/ day (cottage, guide, transport, etc)
Preparation?
Healt condition (tracking 9 km/ 4 hours), cash (no ATM), jacket and socks (cool temperature), spare camera's battery (no electricity)
Inspired by Ring of Fire Adventure KompasTV, Sat 6 August 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar